Senin, 28 Desember 2015

Kritik Seni Holistik (Mengkritik karya lukisan Puji Rahayu)

KRITIK SENI RUPA HOLISTIK (28 Desember 2015)

Nama: Puji Rahayu, S.Sn.
Tempat Lahir: Tulung Agung
Tanggal Lahir: 28 Agustus 1977
Pendidikan: S-1 Minat Utama Seni Lukis, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia, Yogyakarta
Agama: Islam
Alamat: Jl. AR. Hakim Gg. AR. Hakim Dalam No. 23 RT. 001 RW. 006 Kel. Darat Skip Kec. Pontianak Kota Kalimantan Barat 78117
Kontak: +62815 7876 0619 - +62852 4999 6189

Kegiatan Sekarang

  • Mengajar Seni Rupa dan Keterampilan di SD Kalam Kudus dan SD Al Ikhwah Pontianak, Kalimantan Barat
  • Pengurus Aliansi Perupa Kalimantan Barat (APA KABAR)

Pengalaman Berkesenian
  • Staf Pameran di Jogja Gallery Yogyakarta, 2006 – 2010
  • Mengajar Batik di SD Percobaan, Yogyakarta 2008 – 2009
  • Mengajar Lukis di Sanggar Sumpah Perupa, Yogyakarta 2008 - 2009

Aktifitas Pameran

2013
  • Pameran ‘Tunggal Rasa Cipta Warna ‘, Anjugan Kalimantan Barat, TMII Jakarta
  • Pameran lukisan di Hotel Aston, Pontianak
  • Pameran ‘Jejak Warna Kalimantan Barat’, Schol of Rock Photography, Pontianak
  • Pameran ‘Citra Katulistiwa’, Museum Kalimantan Barat
  • Pameran ‘Bangkitnya Seni Rupa Kalimantan Barat’, Taman Gitananda, Pontianak
  • Pameran ‘Sweet Seventeen’, Via-via Café, Yogyakarta
  • Pameran ‘Djoempa Malioboro’, di Blitar, Jawa Timur
  • Pameran Seni Rupa, di Rumah Mimpi, Taman Gitananda, Pontianak
  • Nara Sumber Talkshow ‘Jendela Hati’, Radio Untan Voice, Pontianak
  • Nara Sumber Talkshow Menyambut Pameran Keliling Galeri Nasional di Museum Kalimantan Barat ‘Citra Khatulistiwa’, RUAI TV Pontianak

2012
  • Pameran ‘Djoempa Malioboro’, Pendopo Tulungagung, Jawa Timur
  • Nara Sumber Talkshow ‘Perempuan Bicara Lewat Lukisan’, RUAI TV Pontianak
  • Pemateri Pelatihan Lukis untuk Guru Paud se – Kabupaten Kubu Raya
  • Pameran sketsa ‘Pontianakkoe’, Tugu Khatulistiwa, Pontianak
  • Pameran ‘Lady Riot’, Gedung Anex, Untan, Pontianak

2009
  • Pameran Besar Seni Visual ‘Eksposigns’, Jogja Ekspo Center (JEC), Yogyakarta.
  • Pameran ‘Kunduran Truk’, Kersan Art Studio, Yogyakarta.
  • Pameran ‘Post-Boom’, Blok 9, Syang Art Space, Magelang.
  • Pameran kolaborasi seniman perempuan Indonesia-Swiss ‘SoloExhibition 1+1=3’. Gedung Katalis, Jogja National Museum, Yogyakarta.

2008
  • Pameran seni visual memperingati Ulang Tahun dr. Oei Hong Djien ’69 Seksi Nian’, Jogja Gallery,           Yogyakarta.
  • Pameran seni visual ‘Komedi Putar’, Jogja Gallery, Yogyakarta.
  • Pameran ‘Mitos Kontemporer’, Blok 9, Sangkring Art Space, Yogyakarta.
  • Pameran Golden Box 1 dan 2, Jogja Gallery, Yogyakarta.

2007   
  • Pameran Seni Visual 1st Anniversary of Jogja Gallery ‘Portofolio’, Jogja Gallery, Yogyakarta.    
  • Pameran berdua ‘Save Your Community from Drugs & HIV/ AIDS, Djendelo Café Yogyakarta.      
  • Pameran di Hotel Bronto, Yogyakarta

2006   
  • Pameran ‘Ruang dan Rasa’, di Sika Gallery, Ubud, Bali
  • Performance Art ‘Segunung di Kepala’, di Sika Gallery, Ubud, Bali
  • Pameran ‘Refresh’, di Banaran Café & Resto, Yogyakarta
  • Performance Art ‘Rumah Bunga’, di Lobby Jogja Gallery
  • Pameran ‘Welcome to…to…’, di Ministry of Café, Yogyakarta

2005   
  • Pameran HUT Kota Tulungagung di Gedung Dekranasda, Tulungagung
  • Pameran ‘Post Graduade’, Jurusan Seni Murni, di Galeri ISI, Yogyakarta
  • Pameran ‘Dies Natalis’ ISI Yogyakarta, di Galeri ISI, Yogyakarta
  • Pameran Seni Rupa ‘Kenduri Seni Tiga Saudara’, di Rumah Panggung, Pameran Yogyakarta
  • Pamera ‘Sketsa 249’, di Gramedia, Yogyakarta
  • Pameran ‘Jogjaku Ruwet’di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta
  • Pameran memperingati hari lingkungan Sedunia, Walhi, di Alun-alun Kidul, Yogyakarta
  • Pameran ‘Borobudur International’, Open Air Gallery, di Magelang
  • Pameran ‘Merayakan Sungai’ di Asrama Kalimantan Barat, Yogyakarta
  • Pameran lukisan ‘International Woman’s Day’, di Taman Budaya, Yogyakarta
  • Pameran ‘Art for Aceh’, di Taman Budaya, Yogyakarta

2004
  • Pameran pembukaan UKM Seni, di Shanata Dharma, Yogyakarta
  • Pameran kelompok PERSEN’99 ‘Paket Mungil’ di Via-via Café, Yogyakarta
  • Pameran ‘Untaian Kasih Sayang’, di Fabulous Art Gallery, Jakarta
  • Pameran ‘Environmental Art’, dalam rangka Ulang Tahun Sasenitala ke- 27, di Bebeng, Yogyakarta 
  • Pervorment Art ‘Nine Hole’, di Via-via Café, Yogyakarta
  • Pameran ‘Art for Love’, di Borobudur, Magelang

2003
  • Pameran ‘Environmental Art’, di Kali Winongo, Yogyakarta
  • Pameran lukisan kelompok Gledek’99,’Percakapan’, di Taman Budaya Solo
  • Presentasi Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang seni dalam rangka PIMNAS XII, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta

2002
  • Pameran Jambore Seni Rupa di Ancol, Jakarta
  • Pameran Seni Rupa ‘3 Hari Satu Hati’, di Gereja Theresia Sedayu, Bantul, Yogyakarta
  • Pameran Seni Rupa bersama seniman Se-Jateng dan DIY di UNNES, Semarang
  • Pameran PERSEN’99 ‘Cahaya Pagi’, di Benteng Vredeburg, Yogyakarta
  • Pameran Seni Lukis Alam Benda, di FSR ISI Yogyakarta
  • Pameran ‘Sepiring Indonesia’, di Gelaran Budaya, Yogyakarta

2001
  • Pameran Perupa Perempuan ’Herstory’, di Gelaran Budaya, Yogyakarta
  • Pameran lukisan Cat Minyak Di FSR ISI Yogyakrta
  • Pameran bersama kelompok GLEDEK’99 ‘Drawing Organik’, di Sanggar Caping, Yogyakarta
  • Pameran bersama kelompok GLEDEL’99, di Benteng Vredeburg, Yogyakarta

2000
  • Pameran ‘Gelar Karya Perempuan’, di Benteng Vredeburg, Yogyakarta
  • Pameran Lukis cat air di FSR ISI, Yogyakarta
  • Pameran Illustrasi, di FSR ISI Yogyakarta
  • Pameran Menggambar III, di FSR ISI Yogyakarta
  • Pameran Sketsa II di FSR ISI, Yogyakarta

1999
  • Pameran Sketsa I, di FSR ISI, Yogyakarta

Pameran Tunggal
  • Pameran Tunggal Tugas Akhir ‘Konflik Kehidupan Keluarga’, di FSR ISI, Yogyakarta, 2005
  • Pameran ‘Singgasana’, di Via-via Café, Yogyakarta, 2005

Penghargaan
  • Menerima Hibah Kompetisi A-1 DEPDIKNAS, FSR Jurusan Seni Murni ISI Yogyakarta, 2005
  • Penghargaan 10 finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang seni oleh Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta dan DIKTI Jakarta, 2003
  • Penghargaan Mahasiswa Berprestasi Tinggi Tingkat Institut, ISI Yogyakarta dan DIKTI, 2002
  • Penghargaan Seni Lukis Alam Benda di FSR ISI, Yogyakarta, 2002
  • Penghargaan Sketsa Terbaik FSR ISI, Yogyakarta, 1999
  • Juara I Lomba Lukis Tingkat SMU di Kabupaten Tulungagung, 1997
  • Juara II  Lomba Lukis Tingkat SMU dalam rangka HUT Emas dari Dewan Kesenian Tulungagung, 1995
  • Juara III Lomba Lukis Tingkat SLTP di Kabupaten Tulungagung, 1995
  • Juara Harapan I Lomba Lukis Tingkat SLTP di Kabupaten Tulungagung, 1992
  • Juara I Lomba Kaligrafi di SLTP Tulungagung , 1991
Berikut ini adalah karya lukisan  Puji Rahayu yang berjudul "Mencari Cahaya"


Acrylic on Canvas
60cm x 40cm
2007

           Lukisan ini adalah lukisan yang di buat pada tahun 2007 dengan menggunakan media cat akrilik di atas kanvas ukuran 60 cm x 40 cm.Dengan pendekatan dekoratif,lukisan ini tampak seperti lukisan yang kekanak kanakan.Tetapi dari karakteristik itulah karya lukisan ini dapat membuat keindahan tersendiri di dalam menikmatinya.lukisan ini menceritakan tentang seorang wanita yang sedang mencari tempat yang terang akan adanya cahaya.

          Yang artinya bahwa sebuah cahaya begitu penting bagi kehidupan umat manusia di dunia ini.Pada lukisan ini saya melihat ada objek/gambar hati pada tengah-tengah belahan dada si wanita itu melambangkan bahwa hati seorang wanita yang sedang di selimuti kegelapan akan terasa terang bila ada sebuah cahaya yang terang yang dapat menyinari di dalam hatinya.Begitu dalam makna yang di sampaikan melalui karya visual ini yang di buat oleh Puji Rahayu.

kritik seni keseluruhan (mengkritik karya lukisan Soedibio)

KRITIK SENI RUPA KESELURUHAN (Senin,28 Desember 2015)

Seniman Surealis Indonesia SOEDIBIO





Lahir di Madiun, Jawa Timur, 17 Juni 1912. Belajar melukis dilakoninya secara otodidak. Semasa hidup aktif di berbagai organisasi kesenian, diantaranya pada tahun 1940 bergabung menjadi anggota PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) di Jakarta, lalu pada tahun 1946 ikut mendirikan Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1967 menjadi anggota Sanggar Puring di Surabaya, Jawa Timur, serta pada tahun 1970 menjadi anggota Himpunan Budaya Surakarta (HBS) di Solo, Jawa Tengah. Pernah bekerja bersama Trisno Sumarjo di Jawatan Kereta Api (1942) di kota asalnya, Madiun, Jawa Timur. Pada jamannya, ia di kenal sebagai satu-satunya pelukis potret, yang sanggup membuat potret orang tanpa model. Lukisan tentang pengalamannya di tahanan Belanda di Yogyakarta pada tahun 1949 adalah salah satu bukti kemahirannya tersebut.

Selain melukis potret orang, ia juga mahir melukis pemandangan alam. Rumah-rumah orang di desa dan pohon nyiur berkipas-kipas daun bersatu dalam satu ayunan tenang dengan galengan-galengan sawah di sekitarnya, di gambarkan secara tepat olehnya. Keunikan lain yang dimilikinya yang membedakan dirinya dengan pelukis lain adalah, ia selalu membuat perubahan pada gaya lukisannya yang berubah dengan drastis sesuai kisah hidupnya. Lukisannya pada zaman revolusi bernuansa kelam dan menunjukkan kekerasan. Kemudian setelah sempat menghilang selama 15 tahun dari dunia seni rupa karena persoalan pribadi, ia akhirnya kembali lagi, namun dengan gaya lukisan yang lebih lembut.
Berikut ini adalah karya lukisan  Soedibio yang berjudul Dewi Sinta

Judul lukisan : Dewi Sinta
Oil on kanvas ukuran 150 cm x 120 cm
Tahun pembuatan : 1971
Harga lukisan : 40.000.000,00
Lukisan ini menceritakan tentang kisah dari dewi sinta dalam cerita Ramayana.
Nama Dewi Sinta merupakan satu tokoh dalam cerita Ramayana. Dewi Sinta adalah isteri dari Prabu Rama Wijaya yang menjadi pewaris tahta Ayodya. Dalam cerita Ramayana ini diceritakan bahwa keberadaan sinta yang sedang melakukan perjalanan namun diculik oleh Rahwana raja Alengka.

Dewi Sinta diculik dan dibawa ke kerajaan Rahwana tersebut dan di rayu untuk menjadi isteri rahwana, namun Dewi Sinta yang merupakan sosok yang tidak mudah goyah oleh godaan dan tantangan maka Rahwana pun kesulitan untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Sang Rama pun tidak tinggal diam dengan mengutus mata mata yakni Hanoman seekor kera putih akhirnya Negara alengka porak poranda dan Dewi Sinta pun akhirnya diselamatkan.

Namun sang rama pun ragu akan kesucian Dewi Sinta yang telah diculik oleh rahwana tersebut, karena beranggapan bahwa Dewi Sinta telah dinodai oleh Rahwana. Untuk menguji hal tersebut sang Rama pun memerintahkan sang istri Dewi Sinta untuk masuk dalam api, dimana jika keberadaan dewi sinta masih suci maka ia akan selamat dan jika tidak maka Dewi Sinta akan binasa. Sebagai sorang yang taat dan kesetiaannya kepad suaminya maka Dewi sinta pun menuruti perintah dari sang Rama tersebut dan terbukti Dewi Sinta tidak mengalami cedera sedikitpun. Maka dengan peristiwa tersebut sang Rama kembali menerima keberadaan Dewi Sinta dan mereka benar benar saling mncintai satu sama lainnya. Cerita tersebut bisa dilihat pada penanyangan dalam serial Ramayana yang sering di pertontonkan di Area Candi Prambanan dan juga Purawisata Yogyakarta, Fragmen tersebut berjudul Sinta Obong.

Dari cerita tersebut dapat diambil satu makna bahwa keberadaan Dewi Sinta merupakan sosok yang setia dan taat pada suami. Dewi Sinta dapat digambarkan sebagai pribadi wanita yang lembut, penurut, tulus, berbudi halus, berbakti, dan penuh cinta. Namun selain itu seorang dewi Sinta jug merupakan sosok wanita yang lemah dan selalu pasrah dan menggantungkan semua kehidupannya pada seorang sosok suami.

 Pada karya lukisan Soedibio menggunakan warna yang kontras dan cerah dalam goresannya.Teknik yang di gunakan hampir seperti teknik dekoratif namun masih ada unsur kesurealisannya.Pada kain selendang warna yang di sampirkan pada bahu Dewi Sinta memberikan nuansa keanggunan tersendiri bagi penikmat seni.Latar beground di buat seperti pemandangan sebuah latar tempat di hutan dan di lukisan tersebut juga terdapa dua buah prajurit yang sedang menunggang sebuah kuda yang sedang menghadang Dewi Sinta di buat begitu unik sesuai karakteristik Soedibio sendiri.
 

Minggu, 22 November 2015

Kritik Deskriptif (mengkritik karya lukisan Ivan Sagita)

Karya  ini di buat oleh seniman surealis indonesia yang bernama Ivan Sagita.
Yang berjudul "Meraba Diri"
Dengan ukuran lukisan 72 x 90 cm
Cat minyak pada kanvas

Kritik Deskriptif

           Yang saya amati pada lukisannya Ivan Sagita adalah tentang unsur luar lukisannya,belum sampai tentang makna atau arti dari lukisannya.Dia (Ivan Sagita) membuat background lukisannya dengan
 mengambil pemandangan langit yang agak gelap dengan dominan warna ungu pada awan dan warna biru pada langit dan dengan sedikit sentuhan warna hitam pada goresan langitnya.Dan saya melihat 3 objek seperti/menyerupai wujud wanita  yang memakai konde pada rambutnya dengan warna hitam dan hijau pada bando di atas konde si wanita tersebut.

            Saya juga melihat wajah dan tubuh wanita tersebut di buat tidak realis atau tidak menggambarkan tubuh wanita yang sebenarnya,melainkan di distorsi atau di ubah menjadi pemandangan lagit lagi tetapi dengan menggunakan warna langit yang agak terang kebalikannya dengan yang backgroundnya tadi.Saya juga melihat objek tangan wanita yang sedang meraba wajahnya yang di gubah menjadi lagit tadi.Objek tangan tersebut di buat realis atau seperti apa adanya tangan wanita yang sebenarnya.Tetapi hanya 2 (seperti wanita)
saja yang ada objek tangan realisnya.Yang (seperti wanita) paling kiri sendiri seluruh tubuhnya di gubah menjadi pemandangan langit cerah itu tidak ada objek tangan realisnya,hanya polos dengan pemandangan awan dan langit yang cerah saja.

           Dan hanya wanita yang di tengah saja yang memaki konde yang ada bando warna hijaunya menurut yang saya amati.Warna-warna yang digunakan Ivan Sagita pada lukisannya dari keseluruhan kalau menurut saya ada warna biru,ungu,hitam,hijau,putih,coklat,kuning.Menurut saya karya lukisan Ivan Sagita kurang menarik pada warna backgroundnya dan warna pada penggarapan objek tangannya.
Sekian kritik seni deskriptif saya yang mengkritik dari karya lukisannya seniman surealis indonesia yang bernama Ivan Sagita,sekiranya bisa bermanfaat bagi yang membacanya.