Senin, 28 Desember 2015

kritik seni keseluruhan (mengkritik karya lukisan Soedibio)

KRITIK SENI RUPA KESELURUHAN (Senin,28 Desember 2015)

Seniman Surealis Indonesia SOEDIBIO





Lahir di Madiun, Jawa Timur, 17 Juni 1912. Belajar melukis dilakoninya secara otodidak. Semasa hidup aktif di berbagai organisasi kesenian, diantaranya pada tahun 1940 bergabung menjadi anggota PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) di Jakarta, lalu pada tahun 1946 ikut mendirikan Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, Jawa Timur. Kemudian pada tahun 1967 menjadi anggota Sanggar Puring di Surabaya, Jawa Timur, serta pada tahun 1970 menjadi anggota Himpunan Budaya Surakarta (HBS) di Solo, Jawa Tengah. Pernah bekerja bersama Trisno Sumarjo di Jawatan Kereta Api (1942) di kota asalnya, Madiun, Jawa Timur. Pada jamannya, ia di kenal sebagai satu-satunya pelukis potret, yang sanggup membuat potret orang tanpa model. Lukisan tentang pengalamannya di tahanan Belanda di Yogyakarta pada tahun 1949 adalah salah satu bukti kemahirannya tersebut.

Selain melukis potret orang, ia juga mahir melukis pemandangan alam. Rumah-rumah orang di desa dan pohon nyiur berkipas-kipas daun bersatu dalam satu ayunan tenang dengan galengan-galengan sawah di sekitarnya, di gambarkan secara tepat olehnya. Keunikan lain yang dimilikinya yang membedakan dirinya dengan pelukis lain adalah, ia selalu membuat perubahan pada gaya lukisannya yang berubah dengan drastis sesuai kisah hidupnya. Lukisannya pada zaman revolusi bernuansa kelam dan menunjukkan kekerasan. Kemudian setelah sempat menghilang selama 15 tahun dari dunia seni rupa karena persoalan pribadi, ia akhirnya kembali lagi, namun dengan gaya lukisan yang lebih lembut.
Berikut ini adalah karya lukisan  Soedibio yang berjudul Dewi Sinta

Judul lukisan : Dewi Sinta
Oil on kanvas ukuran 150 cm x 120 cm
Tahun pembuatan : 1971
Harga lukisan : 40.000.000,00
Lukisan ini menceritakan tentang kisah dari dewi sinta dalam cerita Ramayana.
Nama Dewi Sinta merupakan satu tokoh dalam cerita Ramayana. Dewi Sinta adalah isteri dari Prabu Rama Wijaya yang menjadi pewaris tahta Ayodya. Dalam cerita Ramayana ini diceritakan bahwa keberadaan sinta yang sedang melakukan perjalanan namun diculik oleh Rahwana raja Alengka.

Dewi Sinta diculik dan dibawa ke kerajaan Rahwana tersebut dan di rayu untuk menjadi isteri rahwana, namun Dewi Sinta yang merupakan sosok yang tidak mudah goyah oleh godaan dan tantangan maka Rahwana pun kesulitan untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Sang Rama pun tidak tinggal diam dengan mengutus mata mata yakni Hanoman seekor kera putih akhirnya Negara alengka porak poranda dan Dewi Sinta pun akhirnya diselamatkan.

Namun sang rama pun ragu akan kesucian Dewi Sinta yang telah diculik oleh rahwana tersebut, karena beranggapan bahwa Dewi Sinta telah dinodai oleh Rahwana. Untuk menguji hal tersebut sang Rama pun memerintahkan sang istri Dewi Sinta untuk masuk dalam api, dimana jika keberadaan dewi sinta masih suci maka ia akan selamat dan jika tidak maka Dewi Sinta akan binasa. Sebagai sorang yang taat dan kesetiaannya kepad suaminya maka Dewi sinta pun menuruti perintah dari sang Rama tersebut dan terbukti Dewi Sinta tidak mengalami cedera sedikitpun. Maka dengan peristiwa tersebut sang Rama kembali menerima keberadaan Dewi Sinta dan mereka benar benar saling mncintai satu sama lainnya. Cerita tersebut bisa dilihat pada penanyangan dalam serial Ramayana yang sering di pertontonkan di Area Candi Prambanan dan juga Purawisata Yogyakarta, Fragmen tersebut berjudul Sinta Obong.

Dari cerita tersebut dapat diambil satu makna bahwa keberadaan Dewi Sinta merupakan sosok yang setia dan taat pada suami. Dewi Sinta dapat digambarkan sebagai pribadi wanita yang lembut, penurut, tulus, berbudi halus, berbakti, dan penuh cinta. Namun selain itu seorang dewi Sinta jug merupakan sosok wanita yang lemah dan selalu pasrah dan menggantungkan semua kehidupannya pada seorang sosok suami.

 Pada karya lukisan Soedibio menggunakan warna yang kontras dan cerah dalam goresannya.Teknik yang di gunakan hampir seperti teknik dekoratif namun masih ada unsur kesurealisannya.Pada kain selendang warna yang di sampirkan pada bahu Dewi Sinta memberikan nuansa keanggunan tersendiri bagi penikmat seni.Latar beground di buat seperti pemandangan sebuah latar tempat di hutan dan di lukisan tersebut juga terdapa dua buah prajurit yang sedang menunggang sebuah kuda yang sedang menghadang Dewi Sinta di buat begitu unik sesuai karakteristik Soedibio sendiri.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar